Rabu, 14 September 2011

MISSION HMI

Apa, Kenapa, Bagaimana?

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), dari namanya saja, orang akan bisa melihat bahwa HMI ini berstatus sebagai organisasi mahasiswa (vide pasal 7 ad hmi). Sebelum kita lebih jauh mengupas tentang organisasi ini, ada baiknya kita terlebih dahulu mengetahui apa itu mahasiswa? dengan melihat studi di perguruan tinggi paska melewati masa sekolahnya di smu/sederajat, mahasiswa bisa disebut sebagai orang muda yang secara kejiwaan mengalami fase yang senantiasa berbuat guna menemukan jati dirinya. Orang muda selalu dicirikan dengan semangat yang mengebu-gebu, selalu berpikir ke depan dan normatif, apa yang seharusnya, apa yang sepatutnya, atau sering kita sebut dengan idealisme, selalu memandang sesuatu secara ideal. pendapat ini bisa jadi benar, jika membandingkannya dengan orang tua, yang memang harus berpikir senyatanya, bagaimana menghadapi tantangan hidup, persoalan pekerjaan, makan, kesejahteraan dst. lebih suka memandang kebelakang, mengingat-ingat romantisme dulu, hingga ungkapan. “muda idealis, tua pragmatis” barangkali benar.
Mahasiswa,  juga sering diberi predikat atau memainkan peran sebagai inti kekuatan perubahan, garda terdepan pembaharuan, benteng moral bangsa, sosial kontrol antara lain karena dua alasan pertama, karena mahasiswa memiliki ilmu pengetahuan yang lebih dibandingkan kawan-kawannya yang tidak mengecap pendidikan tinggi. Dimana ciri-cirinya mahasiswa relatif memiliki otonomi yang tinggi, tidak bergantung pada pihak manapun, kritis, kelompok yang bebas dari kelompok kepentingan apapun kecuali kepentingan kebenaran.. berikutnya karena berpendidikan tinggi maka secara politis mahasiswa telah mengalami sosialisasi politik yang lebih tinggi, di kampusnya mereka mengalami akulturasi mengingat heterogenitas penghuni kampus, sehingga mahasiswa dalam mengemban fungsi generasinya sebagai kaum muda terdidik harus sadar akan kebaikan dan kebahagiaan masyarakat hari ini dan masa yang akan datang. kondisi tersebut memungkinkan transformasi dalam tataran nilai pada mahasiswa. Kedua, adalah legitimasi atas fungsi dan peran yang dimainkan sepanjang panggung sejarah dengan tema besar “dinamika gerakan mahasiswa”.
Percaya tidak percaya, dalam perjalanan sejarah bangsa indonesia, peran kaum muda khususnya mahasiswa tidak dapat dipandang kecil, inilah mungkin yang menjadi “semacam beban” bagi gererasi mahasiswa dalam continuum waktu berikutnya, hingga berbagai macam predikat itu menjadi sebuah kewajiban. katakanlah kebangkitan nasional 1908 dan sumpah pemuda 1928, dimana mahasiswa pada saat itu dipandang sebagai pelopor dan pemersatu bangsa. kemudian di masa revolusi kemerdekaan, mahasiswa dipandang sebagai pendobrak penjajahan dan pembela kemerdekaan republik. sebagai satu catatan saja, hmi pada masa itu menjadi salah satu—kalau tidak etis mengatakan, satu-satunya—inisiator pembentukan perhimpunan persyarikatan mahasiswa indonesia (ppmi) dan turut berjuang senjata pula dalam corps/compy mahasiswa, pada masa paska kemerdekaan identitas dan peran politik mahasiswa semakin diperkuat oleh keberhasilan protes-protes mahasiswa tahun 1966 yang tergabung dalam kami (kesatuan aksi mahasiswa indonesia) yang berhasil dengan sukses menumbangkan orde lama, dimana sekali lagi hmi menjadi salah satu inisiatornya.
Namun dalam perjalanannya, dinamika gerakan mahasiswa menghadapi persoalan internal paska ’66 dikarenakan, mahasiswa adalah termasuk elemen pembentuk orde baru, selain ABRI (sekarang TNI) dan teknokrat. tampak terjadi kebuntuan, apa alternatif bangunan gerakan yang ditawarkan, tatkala gerakan ’66 telah menjadi mitos? peran apa yang ingin dimainkan dalam system politik orba? bagaimana seharusnya tugas dan masa depan eksponen ’66? pertanyaan-pertanyaan itu memang akan terlihat sangat susah sebab mahasiswa adalah termasuk dalam salah satu grand design elit yang menang.
Baru pada awal ‘70-an mahasiswa menemukan perannya yang sesuai dengan predikat intelektual, yakni sebagai kekuatan moral (moral force). artinya, mahasiswa bukan sebagai kelompok elit politik yang berusaha mendapatkan kekuasaan, melainkan sebagai kekuatan moral yang secara aktif ikut berperan dalam mencapai cita-cita negara. tugas utama dalam konsep ini adalah melakukan kritik terhadap keadaan sosial politik yang tidak benar. dengan demikian mahasiswa tidak cuma keluar dari aliansi segitiga, tetapi juga mau tidak mau harus berhadapan dengan rezim orde baru yang terdiri atas militer dan teknokrat (cikal bakal, golkar). dalam menghadapi kritik tersebut, rezim bisa bertindak akomodatif bisa pula bersikap keras. peristiwa malari 1974 (malapetaka 15 januari 1974) secara nyata menunjukkan kalau rezim tidak segan-segan bertindak keras terhadap mahasiswa dimana pemimpin-pemimpin mahasiswa dijebloskan dalam penjara dan organisasinya dibubarkan.
tahun berikutnya, kita bisa mencatat naik turunnya dinamika itu katakanlah tahun 1978 yang menunjukkan bahwa kekuatan negara orba semakin dominan dan sebaliknya kekuatan masyarakat melemah, protes menolak soeharto tidak berarti apa-apa, malah sebaliknya, negara semakin menjadi-jadi dengan mengeluarkan paket kebijakan nkk/bkk, daoed joesoef, wawasan almamater, nugroho notosusanto yang kesemuany berupaya mematikan aktifitas politik mahasiswa dan menjadikan mahasiswa hanya sebagai manusia penganalisa (man of analisys) dan pekerja otak (knowledge worker) yang dipersiapkan untuk memasuki teknostruktur.
sabar, sabar, sabar dan tunggu, itu jawaban yang kami terima; kita harus ke jalan, robohkan setan yang berdiri mengangkang… (bongkar, iwan fals)
Ketatnya kebijakan itu otomatis, menjadikan kampus di tahun 80-an adem ayem, mahasiswa banyak melarikan aktifitas politiknya pada diskusi dan kontemplasi di luar kampus. yang kemudian mempolarisasikan gerakan mahasiswa pada dua bentuk yakni, kelompok studi dan lsm mahasiswa. dua bentuk ini tidak pernah ketemu dalam prakteknya, satu menganggap yang lain hanya beronani wacana dan satu menganggap yang lain pragmatis, tanpa menyadari bahwa aksi akan semakin kuat jika dibarengi refleksi, dan diskusi akan sangat praksis bila disertai aksi, sebagaimana lenin bilang, “mustahil terjadi revolusi tanpa teori revolusi”.
setelah mendapat kritik keras akan bentuk gerakan yang sama-sama ekslusif itu, mahasiswa, berkeyakinan untuk kembali ke kampus, karena memang disanalah basis gerakan itu ada. ’87 sampai akhir ’89, protes kembali menyeruak ke permukaan dengan isu yang beragam sesuai dengan perubahan politik yang ada saaat itu. dapat dicatat antara lain isu-isu itu mengangkat;: pertama, isu tentang masalah intern kampus seperti penolakan dekan/rektor, kenaikan spp, mutu pendidikan dll (1987); kedua, isu tentang depolitisasi kampus seperti pelaksanaan nkk/bkk, kebebasan mimbar, kebebasan akademik, otonomi kampus (1988); ketiga, isu lokal yang berupa ekses pembangunan di daerah atau penyalahgunaan wewenang oleh pejabat di daerah seperti kasus tanah badega, cimacan, kacapiring, kedung ombo dan penggalian pasir di mojokerto (1989); keempat, isu nasional yang bersifat membela atau memperjuangkan kepentingan rakyat banyak seperti kenaikan tarif listrik dan peredaran kupon ksob/tssb, kelima, isu yang bersifat merespon terhadap tindak kekerasan aparat pemerintah, seperti anti kekerasan.
1990 menjadi pertanda berakhirnya masa NKK/BKK, dengan keluarnya kebijakan senat mahasiswa perguruan tinggi (SMPT), namun kampus terpolarisasi antara yang menerima dan menolak, yang menolak berpandangan SMPT, tidak populis, smpt dijadikan ajang permainan elit mahasiswa, smpt dianggap tidak lebih sebagai upaya kooptasi birokrat kampus dan perpanjangan NKK/BKK yang berubah bentuk. sedang yang menerima berpandangan adanya celah yang dapat digunakan mahasiswa yakni petunjuk teknis pelaksanaan keputusan ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi. dengan modal ini, aturan main SMPT ditentukan oleh institusi perguruan tinggi masing-masing. tetapi yang jelas keberadaan smpt, tidak lebih hanya memberikan prestise, “kesejahtera-mudahan” pengurus, dan “kekuasaan” eksistensi kelembagaan.
Sampai akhirnya, situasi politik dan ekonomi yang tidak menentu di 1997 dapat menyatukan kembali gerakan mahasiswa, dengan bungkus reformasi, 32 tahun rezim soeharto dapat dilengserkan. ‘98, dinamika gerakan mahasiswa mencapai titik gemilang berikutnya. seperti sebuah rangkaian episode yang teratur, mahasiswa paska ’98 dipaksa keras untuk menjaga berjalannya proses reformasi. sebagaimana air laut, dinamika gerakan mahasiswa mengalami pasang surut sampai hari ini…

HMI, hakekat dan maknanya…

berikutnya yang terlihat dari kata hmi adalah “i”nya, yakni islam. dalam anggaran dasar pasal 3 disebutkan bahwa “hmi berasaskan islam”, bahkan jauh sebelum itu ide dasar kelahiran hmi yang melihat kondisi umat islam indonesia yang terpolarisasi dalam beberapa kelompok maka menurut pemrakarsa pendiri, ayahanda, lafran pane, kita harus melakukan “pembaharuan ke-islaman”. maka untuk melakukan gerakan pembaharuan mutlak dibutuhkan alat perjuangan yang berupa organisasi, karena gerakan tidak bisa dilakukan sambil lalu melainkan harus dengan suatu usaha yang teratur, terencana dan sistematis.
Selain itu salah satu latar belakang yang sangat dominan dalam lahirnyapun adalah persoalan ke-islaman, antara lain: (1). menampung aspirasi mahasiswa islam akan kebutuhan, pemahaman, penghayatan keagamaan; (2). tenggelamnya ruh dan semangat islam dalam mahzabisme, sufisme dan tertutupnya pintu ijtihad. namun disamping itu bangkitnya islam yang dimulai dari dunia arab berupa gerakan reformasi dan modernisasi dalam tata kehidupan keagamaan umat islam dan resonansinya mengilhami dan mendorong umat islam indonesia untuk bangkit, kebangkitan terlihat dari munculnya serikat dagang islam, muhammadiyah, al-jamiatul wasliyah, persatuan umat islam, persatuan islam dan masyumi; (3). terjadinya krisis keseimbangan dikalangan mahasiswa akibat perguruan tinggi yang tidak mengintegrasikan antara disiplin ilmu dan agama.
Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala, menurunkan islam sebagai agama yang haq, dan sempurna untuk mengatur umat manusia agar berkehidupan sesuai dengan fitrahnya sebagai khalifah di muka bumi dengan kewajiban mengabdikan diri semata-mata kehadirat-nya. kehidupan yang sesuai dengan fitrah manusia tersebut adalah kehidupan yang seimbang, terpadu antara jasmani dan ruhani, individu dan masyarakat, iman, ilmu dan amal dalam mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan ukhrowi (lihat, nilai-nilai dasar perjuangan hmi).
Sehingga dengan begitu ke-islaman adalah sebuah komitmen (ikatan jiwa) bagi hmi secara moral dan kelembagaan. maka islam bagi hmi adalah dasar kelahiran, sumber nilai, motivasi, dan inspirasi. karena islam adalah ajaran yang fitrah, maka pada dasarnya tujuan islam adalah juga merupakan tujuan dan usaha hmi.
aku tak mau terlibat persekutuan manipulasi; aku tak mau terlibat pengingkaran keadilan; aku mau jujur-jujur saja, bicara apa adanya; aku tak mau mengingkari hati nurani. (hio, iwan fals)
Sebagaimana tadi dikatakan diatas, dimana mahasiswa yang berperan sebagai moral force yang senantiasa menjalankan fungsi social control. maka mahasiswa harus senantiasa merupakan kelompok yang bebas dari kelompok apapun, kecuali kepentingan kebenaran dan obyektifitas demi kebaikan dan kebahagiaan masyarakat hari ini dan kedepan. untuk itu sebagai hmi yang berstatus sebagai organisasi mahasiswa, sifat mahasiswa harus dijiwai dan menjiwai hmi, dengan kata lain hmi harus menjiwai dan dijiwai sikap independen.
Sifat independensi hmi adalah sifat organisasi secara etis merupakan karakter dan kepribadian kader HMI. implementasinya harus terwujud dalam bentuk pola pikir pola sikap, dan pola laku setiap kader HMI baik dalam dinamikanya sebagai kader hmi—yang kemudian disebut sebagai independensi etis HMI—maupun dalam melaksanakan hakekat dan mission hmi dalam kiprah hidup berorganisasi, berbangsa dan bernegara, kemudian disebut sebagai independensi organisatoris hmi.
independensi etis adalah sifat independen secara etis yang pada hakekatnya merupakan sifat yang sesuai dengan fitrah kemanusiaan. fitrah tersebut membuat keinginan manusia suci dan secara kodrati cenderung pada kebenaran (hanief). watak dan kepribadian kader sesuai dengan fitrahnya akan membuat kader hmi selalu setia pada hati nuraninya yang senantiasa memancarkan keinginan pada kebaikan, kesuciaan dan kebenaran pada allah subhanahu wa ta’ala. dengan demikian melaksanakan independensi etis bagi setiap kader hmi berarti pengaktualisasian dinamika berpikir, bersikap, dan berprilaku baik hablumminallah maupun dalam hablumminannas hanya tunduk dan patuh pada kebenaran.
Sedang independensi organisatoris adalah watak independen hmi yang teraktualisasi secara organisasi di dalam kiprah dinamika hmi baik dalam kehidupan interen organisasi maupun dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. independensi organisatoris diartikan bahwa dalam keutuhan kehidupan nasional, hmi secara organisatoris senantiasa melakukan partisipasi aktif, korektif, dan konstitusional agar perjuangan bangsa dan segala usaha pembangunan demi mencapai cita-cita (masyarakat adil dan makmur tanpa tindasan, tanpa hisapan) semakin hari semakin terwujud dengan tetap menjunjung tinggi, tunduk dan komit pada prinsip-prinsip kebenaran dan obyektifitas. dalam melaksanakan dinamika organisasi hmi secara organisatoris tidak pernah terikat jiwa pada kepentingan pihak manapun atau kelompok atau golongan manapun kecuali tunduk dan terikat pada kepentingan kebenaran, obyektifitas, kejujuran, dan keadilan.

mencoba membaca tujuan itu

ibu pertiwi hilang tawanya; tak percaya masih ada cinta… (untukmu negeri, iwan fals)
dalam perjalanannya, rumusan tujuan hmi mengalami beberapa kali perubahan, yang dapat di bagi sebagai berikut:
  • hasil rapat 5 februari 1947 oleh para pendiri, yaitu: (1). mempertahankan negara republik indonesia dan mempertinggi derajat rakyat indonesia; dan (2). menegakkan dan mengembangkan agama islam. lahir pada masa itu jelas menunjukkan hmi adalah anak kandung revolusi sekaligus anak kandung umat islam indonesia yang resah atas gelagat sejarah. dengan pertimbangan bahwa islam tidak akan berkembang, bila indonesia berlum lagi merdeka. seperti diketahui rentang waktu 1945 s/d 1949, belanda masih melakukan agresi militer, hingga mempertahankan kemerdekaan republik menjadi suatu prioritas.
  • hasil ketetapan kongres i hmi di yogyakarta, 30 november 1947, yang tertuang dalam pasal 4 ad, membalik rumusan menjadi: (1). menegakkan dan mengembangkan agama islam; dan (2). mempertinggi derajat rakyat dan negara republik indonesia. walau baru 9 bulan, ternyata hmi lebih memilih menjadi anak umat daripada anak bangsa.
  • hasil ketetapan kongres iv hmi di bandung, yang disahkan 4 oktober 1955, yang tertuang dalam pasal 4 ad, dengan pertimbangan akan kurang tepat jika memposisikan hmi sebagai organisasi massa apalagi kekuatan politik (praktis), sehingga disepakati memfungsikan hmi sebagai organisasi kader. dengan demikian rumusan tujuan menjadi “ikut mengusahakan terbentuknya manusia akademis, pencipta dan pengabdi yang bernafaskan islam”.
  • namun dalam perjalanan hmi selanjutnya terasa ada yang kurang dari rumusan tujuan tersebut yakni fungsi lebih lanjut dari “manusia akademis, pencipta dan pengabdi yang bernafaskan islam” itu serta di bumi apa insan cita itu hidup dan bergerak. karena itu pada kongres x di palembang, dalam ketetapannya yang disahkan 10 oktober 1971 melengkapi rumusan tujuan tersebut sambil memperbaiki redaksinya sehingga berbunyi “terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan islam dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang diridhoi allah subhanahu wa ta’ala”. dan terus dikukuhkan dan disahkan di kongres-kongres berikutnya, insyaallah. dalam rumusan tujuan tersebut, maka hmi pada hakekatnya hmi bukanlah organisasi massa dalam artian kuantitatif, sebaliknya hmi secara kualitatif merupakan lembaga pengabdian dan pengembangan idea, bakat dan potensi yang mendidik, memimpin dan membimbing anggota-anggotanya untuk mencapai tujuan dengan cara-cara perjuangan yang benar dan efektif. dari rumusan itu pula dapat dibagi menjadi dua, yakni insan cita dan masyarakat cita.
Insan cita hmi adalah merupakan dunia cita, ideal yang ingin diwujudkan oleh hmi dalam pribadi seseorang manusia beriman dan berilmu pengetahuan serta mampu melaksanakan tugas kerja kemanusiaan. dalam tafsir tujuan hmi, insan cita memiliki beberapa 17 kualitas pribadi, yang pada pokoknya merupakan gambaran “man of future”, insan pelopor yaitu insane yang berpikiran luas dan berpandangan jauh, bersifat terbuka, terampil atau ahli dalam bidangnya, dia sadar apa yang menjadi cita-citanya dan tahu bagaimana mencari ilmu perjuangan untuk secara operatijf bekerja sesuai dengan yang dicita-citakan. ideal tipe dari hasil perkaderan hmi adalah “man of inovator” (duta-duta pembaharu). penyuara “idea of progress”. insane yang berkepribadian imbang yang berkepribadian imbang dan padu, kritis, dinamis, adil dan jujur, tidak takabur dan bertaqwa kepada allah swt. mereka itu manusia-manusia yang beriman, berilmu, dan mampu beramal saleh dalam kualitas yang maksimal (insan kamil).
Masyarakat adil dan makmur yang diridhoi allah swt. adalah gambaran sederhana hmi tentang tatanan masyarakat yang dimimpikan untuk diwujudkannya, dicita-citakannya, masyarakat yang dalam bahasa agama disebut sebagai baldatun toyibbatun wa robbun ghafur yang merupakan fungsi dari insan cita yang akan dikader oleh hmi. masyarakat cita yang ingin diwujudkan hmi itu juga senada dengan apa yang ingin menjadi cita-cita kemerdekaan oleh bung-bung besar pendiri republik ini, yakni masyarakat yang bebas dari bermacam bentuk belenggu penindasan, masyarakat yang berdaulat, masyarakat yang berdaya, mampu dan mandiri serta dapat menentukan hidupnya sendiri, masyarakat yang menjadi cita-cita kemerdekaan sebagaimana tujuan dari kemerdekaan bukanlah kemerdekaan itu sendiri, dimana bila merujuk pada bahasa preambule konstitusi kita, pembukaan uud 1945 yaitu perjuangan pergerakan kemerdekaan indonesia masih sampai sebatas mengantarkan rakyat pada “pintu gerbang” satu tatanan masyarakat “adil dan makmur” untuk itu syarat mutlaknya adalah penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, indonesia bisa berkehidupan kebangsaan yang bebas dst..dst… dengan begitu jelas bahwa masyarakat cita ini berada di dalam republik indonesia, dan tujuan hmi hanya dapat direalisasikan oleh mereka yang disebut “kader” dan itu tidaklah berhenti pada masa keanggotaan seorang mahasiswa.

fungsi dan peran.

Dalam anggaran dasar, pasal 8 dikatakan bahwa “hmi berfungsi sebagai organisasi kader”. dalam pedoman perkaderan dikatakan bahwa, kader adalah sekelompok orang yang terorganisir secara terus menerus dan akan menjadi tulang punggung bagi kelompok yang lebih besar. hal ini dijelaskan dalam ciri-ciri komulatif seorang kader hmi, yaitu: pertama, seorang kader bergerak dan terbentuk dalam organisasi, mengenal aturan-aturan main organisasi dan tidak bermain sendiri sesuai dengan selera pribadi. dari segi nilai, aturan itu adalah ndp, sedang dari segi operationalisasi organisasi adalah ad/art hmi, pedoman perkaderan, dan pedoman serta ketentuan organisasi lainnya. kedua, seorang kader memiliki komitmen yang terus menerus (permanen), tidak mengenal semangat musiman, tapi utuh dan istiqomah (konsisten) dalam memperjuangkan dan melaksanakan kebenaran. ketiga, seorang kader memiliki bobot yang dan kualitas sebagai tulang punggung atau kerangka yang mampu menyangga kesatuan komunitas manusia yang lebih besar. jadi fokus penekanan kaderisasi adalah pada aspek kualitas. keempat, seorang kader memiliki visi dan perhatian yang serius dalam merespon dinamika sosial lingkungannya dan mampu melakukan social engineering.
sedang dalam pasal 9 anggaran dasar disebutkan “hmi berperan sebagai organisasi perjuangan”. sebagaimana di atas, baik secara organisatoris maupun etis adalah kewajiban bagi kader hmi untuk komit terhadap islam dan hmi adalah alatnya, alat perjuangan untuk mentransformasikan nilai-nilai ke-islaman yang membebaskan (liberation force), dan memiliki keberpihakan yang jelas terhadap kaum miskin (dhu’afa) dan kaum tertindas (mustradzafin). perubahan bagi hmi merupakan keharusan, demi tercapainya idealisme ke-islaman, maka hmi bertekad menjadikan islam sebagaiu doktrin yang mengarahkan pada peradaban secara integralistik, transendental, humanis, dan inklusif. dengan demikian kader-kader hmi harus berani menegakkan nilai-nilai kebenaran dan keadilanserta prinsip-prinsip demokrasi tanpa melihat perbedaan keyakinan dan mendorong terciptanya penghargaan islam sebagai sumber kebenaran yang paling hakiki.
jelaslah kiranya bahwa dalam rumusan tujuan hmi yang tadi kita katakan terbagi dua yakni “insan cita” dan “masyarakat cita” secara eksplisit berbicara tentang fungsi perkaderan dan peran perjuangan. dan tujuan hmi tidak akan pernah tercapai bila dalam prosesnya tidak sinambung antara keduanya. fungsi dan peran adalah dua sisi mata koin (two side of coin) tujuan. bahwa mustahil ada perubahan ke arah yang benar, kalau kesalahan berpikir masih menjebak benak kita, kata kang jalal, maka akan muspro berbicara sosial jika masalah personal masih saja menggerogoti kita. dalam bahasa kita sehari hari, internalisasi dahulu baru ekternalisasi atau obyektifikasi, pengabdian mengharap ridho-nya.
nah, akhirnya…
Tujuan, jelas diperlukan oleh suatu organisasi sehingga setiap usahanya yang dilakukannya dapat dilaksanakan secara terencana, teratur, terarah dan sistematis. bahwa tujuan suatu organisasi dipengaruhi oleh motivasi dasar pembentukannya, status, sifat, fungsi dan perannya secara integral dalam totalitas dimana ia berada.
islam bagi hmi adalah sebagai sumber nilai, motivasi, inspirasi. keyakinan akan kebenaran islam menjadikan hmi secara sadar memilih islam sebagai asasnya (vide pasal 3 ad). oleh karenanya islam bagi hmi merupakan pijakannya dalam menetapkan tujuan. status hmi sebagai organisasi mahasiswa (vide pasal 7 ad) memberi petunjuk dimana hmi berspesialisasi. spesialisasi inilah yang disebut dengan fungsi hmi yakni sebagai organisasi kader (vide pasal 8 ad), karena mahasiswa adalah kelompok elit dalam totalitas generasi muda yang harus mempersiapkan diri dalam menerima tongkat estafet kepemimpinan bangsa dan generasi yang akan datang. maka fungsi kaderisasi mahasiswa merupakan fungsi yang paling pokok. sebagai kelompok elit, mahasiswa memiliki tanggung jawab yang besar, karena itu dengan sifat dan wataknya yang kritis, mahasiswa kemudian berperan sebagai moral force yang senantiasa melaksanakan fungsi social control. untuk itu, mahasiswa harus bersikap independen dan hanya berpihak pada kebenaran dan keadilan serta obyektifitas. hmi yang melakukan fungsi kaderisasi mahasiswa pun harus menjiwai dan dijiwai sifat independen (vide pasal 6 ad). fungsi kaderisasi dalam membentuk apa yang disebut hmi sebagai insan cita (insan kamil ala hmi) tidak lain adalah upaya untuk mewujudkan kehidupan yang sesuai dengan fitrahnya, yakni kehidupan yang seimbang dan terpadu antara jasmani dan ruhani, akal dan kalbu, individu dan masyarakat, iman dan ilmu, demi mencapai kebahagiaan di dunia dan ukhrowi. demi mencapai kehidupan yang sesuai dengan fitrahnya itu, maka dibutuhkan sebuah kerja kemanusiaan (amal shaleh), yang tertuang dalam peran hmi sebagai organisasi perjuangan (vide pasal 9 ad), yakni peran yang diemban dalam melakukan internalisasi, eksternalisasi maupun obyektifikasi nilai-nilai ke-islaman. dan kerja kemanusiaan ini akan terlaksana dengan benar dan sempurna apabila dibekali dan didasari oleh iman dan ilmu pengetahuan. karena inilah hakekat tujuan hmi tidak lain adalah pembentukan manusia yang beriman dan berilmu serta mampu menunaikan tugas kerja kemanusiaan (amal shaleh). pengabdian dalam bentuk kerja kemanusiaan inilah hakekat tujuan hidup manusia, sebab dengan melalui kerja kemanusiaan, manusia mendapatkan kebahagiaan.
billahittaufiq wal hidayah. bahagia hmi…
1 Comments
Tweets
Komentar

1 komentar :

Silahkan berkomentar. Jaga Etika dan Sopan Santun

Rabu, 10 Agustus 2011

Polres Segera Tetapkan Tersangka Dugaan Penyimpangan Perpustakaan

Polres Salatiga akan segera menetapkan tersangka, dalam kasus dugaan penyimpangan proyek pembangunan perpustakaan SMAN 3 Salatiga.
Saat ini Polres masih menunggu hasil audit untuk mengetahui berapa kerugian negara yang ditimbulkan dari proyek senilai Rp 148,2 juta tersebut.
Proyek tersebut dilaksanakan pada tahun anggaran 2010 dan dananya berasal dari Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kota Salatiga.
Kapolres Salatiga AKBP Drs Kusdiantoro SH mengatakan, pihaknya sudah memiliki data dan bukti terkait pembangunan perpustakaan SMAN 3, hanya tinggal menunggu hasil auditnya saja. “Calon tersangka sudah ada,” tandas Kapolres, tatkala ditemui para wartawan saat gelar perkara di Mapolres pekan lalu.
Namun, saat didesak siapa calon
tersangka tersebut, perwira menengah yang pernah bertugas di Polda Jatim, Polda Metro Jaya, Polda Jateng dan Akpol itu enggan menjawab.
"Tunggu saja nanti," tandas Kapolres.
Sejauh ini berdasarkan data, untuk kasus dugaan penyimpangan proyek pembangunan perpustakaan SMAN 3, Penyidik Unit Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Polres Salatiga telah memeriksa paling tidak sembilan orang untuk dimintai keterangannya. Mereka berasal dari lingkungan PNS Pemkot Salatiga, baik itu Pejabat Pembuat Komitmen (PPKom), panitia dan panitia pengawas serta dari pihak rekanan.
Apresiasi Sementara itu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Salatiga, melalui Ketua Akhmad Ilman Nafia, turut mendesak agar aparat hukum, baik itu Polres atau Kejaksaan Negeri Salatiga, melakukan upaya tindakan
proaktif dalam mengusut tindakan korupsi yang terjadi di Salatiga. Juga agar menghindari kompromi transaksional dan tidak tebang pilih dalam penanganan sebuah kasus. HMI memberikan apresiasi kepada Polres Salatiga, yang saat ini tengah melakukan penyidikan dugaan penyimpangan pembangunan perpustakaan SMAN 3 dan penyelidikan dugaan penyimpangan di PSISa Salatiga. (H53,H32-72)
0 Comments
Tweets
Komentar

0 komentar :

Silahkan berkomentar. Jaga Etika dan Sopan Santun

Kamis, 04 Agustus 2011

PENGAJIAN AKBAR DI SEMBIR SALATIGA





Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Salatiga menggelar pengajian akbar di Masjid Al Ikhlas Sarirejo, Kelurahan Siorejo Lor, Kecamatan Sidorejo, belum lama ini. Menghadirkan dua penceramah ustadz Rofik Santoso dan Ustadz Fahmi Asy’ari yang juga anggota DPRD Kota Salatiga.
Rofik Santoso mengatakan, senang dan bahagia itu berbeda, semakin kita mencari kesenangan maka sebaliknya justru kita akan jauh dari kebahagiaan.
Ada tujuh kunci kebahagiaan, yaitu sabar, syukur, sederhana, banyak memberi maaf, berderma, penuh cinta kasih, dan pasrah.
Sedang Ustadz Fahmi Asy’ari menghimbau kepada masyarakat muslim Sarirejo pada khususnya untuk senantiasa menjaga syukur. Kesempatan menjalankan puasa merupakan sesuatu hal yang luar biasa mengingat banyak yang tidak bisa atau belum bisa menjalankanya. Untuk itu wujud syukur sebagai muslim adalah menjalankan puasa dengan sebaikbaiknya. (H32-72
0 Comments
Tweets
Komentar

0 komentar :

Silahkan berkomentar. Jaga Etika dan Sopan Santun

Senin, 01 Agustus 2011

PENDIDIKAN NASIONAL DAN BOBROKNYA NEGERI INI (Oleh : Akhmad Ilman Nafi’a, S.Pd.I)

Dalam UUD 1945 tentang pendidikan yang dituangkan dalam Undang-Undang No. 20, Tahun 2003. Pasal 3 menyebutkan, "Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Tujuan pendidikan diatas merupakan tolak ukur keberhasilan pendidikan di Indonesia, dimana pendidikan memiliki arti penting dalam perkembangan sumber daya manusia dan pembentuk watak peradaban yang dijiwai asas-asas religiusitas seperti akhlak mulia dan ketaqwaan, pendidikan merupakan grass root peradaban di suatu negeri, pendidikan sebagai fundamen terbentuknya karakter kebangsaan dan pembentuk kebudayaan yang utama. Sebagai analogi sederhana apabila akar dalam sebuah pohon dalam hal ini adalah pendidikan kita masih rawan terhadap penyakit atau sejenisnya maka, batang ataupun buah dalam hal ini adalah peradaban dan kebudayaan juga sama akan sakit dan bahkan roboh, dalam hal ini out-put pendidikan kurang memiliki makna dan degradasi nilai (value).
Pendidikan sebagai akar pembentuk karakter kebangsaan seharusnya mampu membentuk manusia berpendidikan yang berpotensi dan berkualitas dengan didasari keimanan dan ketaqwaan terhadap tuhan YME, sehingga produk pendidikan dalam hal ini berujung pada implikasi yang baik terhadap kemajuan negeri ini, bukan suatu hal yang utopis ketika berharap pendidikan Indonesia mampu membentuk insan yang berkualitas seperti yang tecantum pada tujuan pendidikan diatas, karena pada dasarnya pendidikan adalah sebagai tolak ukur kemajuan bangsa ini, semakin baik pendidikan di sebuah negeri maka akan membentuk Negara yang maju dan bermartabat.
Masalah yang saat ini muncul adalah, Sejauhmana kualitas pendidikan di Indonesia?, tentunya seperti yang tercantum di atas indikator keberhasilan pendidikan dapat dilihat dari (1) kebudayaan yang memiliki karakter kebangsaan, (2) Peradaban bangsa yang memiliki corak akhlakul karimah, dan (3) kemampuan bangsa dalam mengatasi masalah kebanngsaan (ekonomi, sosial, politik), ketiga indikator ini memiliki linieritas dengan tujuan pendidikan nasional di atas, sehingga jika ketiga indikator ini sudah terimplementasikan dengan baik, maka penulis bisa memberikan kesimpulan bahwa pendidikan di Indonesia juga sudah berlangsung baik, sebaliknya jika ketiga indikator diatas belum sepenuhnya terimplementasikan maka, rumusan atau sitem pendidikan di Indonesia juga masih jauh dari keberhasilan, dan harus dilakukan evaluasi yang mendalam dalam system pendidikan yang saat ini dijalankan.
Indikator pertama disebutkan bahwa terciptanya kebudayaan yang memiliki karakter kebangsaan, artinya pendidikan sebagai transformer (pusat transformasi ilmu) harusnya mampu membentuk peserta didik berkualitas kebudayaan yang memiliki karakter kebangsaan, kita melihat sisi yang mudah terlihat dalam kehidupan keseharian kita, saat ini banyak anak baru gede (ABG), jika dalam strata pendidikan adalah sekolah menengah ke atas, remaja putri dengan celana pendek selangkang, baju transparan super ketat telah menjadi trend yang membudaya menggusur nilai-nilai ketimuran yang telah lama menjadi karakter kebangsaan bangsa kita, dalam lingkup sosial pertunjukan dangdut dengan biduan “telanjang” bukan lagi menjadi hal yang tabu untuk di pertontonkan, bahkan saat ini telah beredar meluas dengan bentuk kepingan berharga murah, bahkan lebih murah dari buku IQRO’ (Baca tulis Al-Qur’an), dan penulis yakin pembaca bisa lebih banyak memberikan contoh kehidupan sejenis yang lain. Hal ini terlihat jelas bahwa kebudayaan saat ini sedang dalam masa transisi dari kebudayaan berkarakter kebangsaan menjadi kebudayaan berkarakter barbarianism.
Indikator kedua disebutkan bahwa terciptanya peradaban yang memiliki corak akhlakul karimah, artinya produk dari kebudayaan yang memiliki nilai-nilai keluhuran sikap, kedewasaan berfikir, toleransi, religius dan memiliki kemampuan untuk membangun bangsa dengan jiwa yang tulus dan ikhlas, sehingga terwujud masyarakat yang memiliki kemampuan akademis, pencipta, pengabdi yang berlandaskan Agama, dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridloi Tuhan Yang Maha Esa, selanjutnya dengan masyarakat yang seperti itu akan membentuk peradaban yang luhur dan berimbas kepada pemerintahan yang bersih (clean government) dan pemerintahan yang di harapkan masyarakat Indonesia, tanpa korupsi, kolusi dan praktik-praktik setaniyah sejenisnya. Akan tetapi melihat realita yang terjadi ternyata korupsi dan praktik sejenisnya masih berkembang pesat di negeri ini, bahkan belum ada Klaim secara jelas tentang instansi yang bebas dari korupsi, ini menunjukan bahwa belum ada insatansi di Indonesia yang benar-benar bebas korupsi.
Indikator ketiga disebutkan bahwa kemampuan bangsa dalam mengatasi problem kebangsaan, permasalahan ketenagakerjaan Indonesia dengan peristiwa yang baru saja menimpa TKI yang dihukum pancung di luar negeri, system kontrak pada buruh dan tidak adanya jaminan kesejahteraan, dalam hal perekonomian meskipun sering kita dengar mengalami peningkatan daripada Negara lain namun tetap saja rakyat belum merasakan dampaknya secara langsung, biaya hidup semakin mahal, pemerkuat ekonomi kerakyatan seperti pasar tradisional telah tergusur oleh swalayan-swalayan investor asing yang notabene menguntungkan pengusaha besar dan semakin memperkecil ruang bagi usaha mikro kecil menengah, dalam hal keagamaan lahirnya berbagai macam aliran yang diklaim sesat sehingga memunculkan konflik keyakinan, bahkan adanya pelarangan terhadap kelompok yang diduga akan memperjuangkan syariat Islam di Negara Indonesia, kasus terorisme, dalam hal pendidikan kurikulum yang berubah-ubah tanpa dinamisasi, manipulasi nilai untuk mempertahankan citra sekolah sudah menjadi hal yang umum dan biasa, pendidikan agama hanya berhenti pada tatataran teoritis tanpa adanya upaya pembentukan dalam hal praktis semakin memperburuk kondisi pendidikan Indonesia dan yang paling memperburuk keadaan Negara ini adalah suasana politik Negara yang tidak stabil, disorientasi, saling jegal, saling mempersalahkan, sehingga kepentingan rakyat menjadi terabaikan dan bahkan terlupakan.
Pendidikan Indonesia seharunya menjadi fokus utama untuk memajukan bangsa ini, saatnya pendidikan di Indonesia bangkit, tanpa manipulasi, menjunjung tinggi intregitas, memfokuskan pembentukan karakter praktis daripada teoritis, pendidikan yang membangun semangat juang nasionalisme, dan pendidikan yang mengutamakan nilai-nilai keagamaan sebagai dasar dan tujuan pendidikan secara khusus, sehingga pendidikan di Indonesia mampu mencetak manusia yang memiliki kemampuan untuk membawa negeri ini lebih baik dan bermartabat.
Hal ini menjadi evaluasi bagi kita semua, pendidikan memiliki arti penting dalam kemajuan bangsa ini, semoga pendidikan di Indonesia kedepan lebih baik dan akan berimbas pada kemajuan bangsa dan kesejahteraan rakyat salatiga. Amiin.




BIODATA

Nama : Akhmad Ilman Nafi’a
TTL : Semarang, 09 Desember 1985
Alamat : Sejambu, Rt 04. Rw 05, Desa Kesongo, Kecamatan Tuntang, Kab. Semarang
Riwayat Pendidikan :
1. SD KESONGO III
2. SLTP N 2 TUNTANG
3. SMK MUHAMMADIYAH SALATIGA
4. STAIN SALATIGA
5. PASCA SARJANA UMS
Pengalaman Organisasi
1. Ketua Umum HMI Cabang Salatiga Komisariat Walisongo (Periode 2007-2008)
2. Ketua Umum HMI Cabang Salatiga (Periode 2010-2011)




Hormat Kamai



Akhmad Ilman Nafi’a, S,Pd.I
1 Comments
Tweets
Komentar

1 komentar :

Silahkan berkomentar. Jaga Etika dan Sopan Santun

MARHABAN YA RAMADHAN

Proses perkaderan akan Diintensifkan dalam bulan ramadhan yang penuh hikmah ini, momen yang tepat untuk mengembalikan khittoh perjuangan ke-Islaman HMI, berbagai kegiatan ke-Islaman akan padat dilaksanakan selama bulan ramadhan, dalam bulan ramadhan HMI akan melaksanakan kegiatan Akbar bertajuk : HMI Back to Umat (Membangun basic ke-islaman kader dan partisipasi desa binaan) dengan rangkaian kegiatan sebagai berikut :Ramadhan yang dirindukan telah menjelang.  Setiap kita mempunyai beragam cara untuk menyambutnya. Disisi lain bulan ramadhan merupakan bulan yang istimewa dibanding bulan lainya, bulan yang penuh dengan nilai keikhlasan, ke-istiqomahan dan kesabaran bagi muslim yang menjalankanya, didalamnya juga syarat dengan nilai pendidikan dan pembenahan diri Untuk itu kami dari Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Salatiga menilai bahwa bulan ramadhan adalah bulan yang tepat untuk melakukan refleksi dan proyeksi organisasi
  1. Pengajian bertajuk “Menyambut bulan Ramadhan dengan hati yang ikhlas” akan dilaksanakan di dusun rejosari komplek lokalisasi sember salatiga, pada hari Minggu, 31 Juli 2011, pembicara ; Ustad Rofik Santoso, S.Ag (Candran), dan Fahmi Asy’ari (Anggota DPRD Salatiga, Agenda ini sekaligus membuka cabang Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) “Al-insani” di desa tersebut.
  2.  Ramadhan in school (RIS) Bertajuk  “Ramadhan sebagai syahrul tarbiyah menuju terbentuknya generasi berpemikiran, perasaan, dan perilaku Islami” di SMP N 4 Salatiga, pada tanggal 1-20 Agustus 2011 
  3. Pemberian Kultum dan Kulsub di Mushola – Mushola lingkup atau disekitar kantor sekretariat HMI Cabang Salatiga (Soka),  Sekretariat HMI komisariat walisongo (Jangkungan), Sekretariat HMI Komisariat Ganesha (Pengilon), Sekretariat HMI Komisariat Karnoto Zakarsyi (Klaseman 
Rangkaian kegiatan di atas merupakan upaya membumikan Islam di salatiga, perjuangan dakwah tidak harus hanya di pesantren atau tempat-tempat yang sejeninsya, namun Islam adalah ajaran yang membawa rahmat untuk seluruh umat, tidak memandang dari umur, status sosial, jenis kelamin, dan sebagainya. 
Semoga perjuangan ini mendapat ridlo dari Allah SWT. Dan kami mohon do’a restu dari semua golongan untuk dapat bersatu padu dalam perwujudan nafas Islam di salatiga yang HATI BERIMAN.
0 Comments
Tweets
Komentar

0 komentar :

Silahkan berkomentar. Jaga Etika dan Sopan Santun

Kamis, 14 Juli 2011

HMI CABANG SALATIGA GAGAL AKSI

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Salatiga akhirnya membatalkan rencana aksi unjuk rasa pada saat pelantikan Wali Kota Yuliyanto SE MM dan Wawali H Muh Haris SS MSi, Senin (11/7). Hal itu karena pihak Polres Salatiga mengeluarkan larangan aksi atau sterilisasi pada saat pelantikan yang dilakukan Gubernur Jateng H Bibit Waluyo.
Ketua Umum HMI Cabang Salatiga Akhmad Ilman Nafia mengatakan, sebenarnya HMI mengagendakan untuk turun ke jalan, saat Yuliyanto dan Muh
Haris dilantik. Sayangnya saat mengirimkan surat pemberitahuan aksi ke Polres Salatiga pada hari Jumat (8/7), pihak Polres menyatakan bila hari Senin (11/7) diberlakukan larangan aksi turun ke jalan.
“Akhirnya kami membatalkan rencana aksi saat pelantikan Wali Kota dan Wawali yang baru,” terang Akhmad Ilman.
Menurutnya, larangan itu dinilai sangat aneh dan membuat kader-kader HMI merasa kecewa.
Pasalnya aksi tersebut sudah direncanakan jauh hari sebelum Kota Salatiga menggelar Pilwalkot 2011.
Mengagetkan Dimana dalam agenda HMI Cabang Salatiga, siapa pun yang jadi pemenang Pilwalkot 2011, kader HMI akan turun ke jalan saat pelantikan berlangsung.
Bagi HMI, kejadian itu merupakan hal yang mengagetkan, karena selama ini mereka belum pernah mengalami kejadian tersebut, hingga aksi dibatalkan.
Kecuali dulu di saat era Orde Baru dengan militerismenya. Tapi meski begitu, mereka bisa memaklumi hal tersebut.
Pelantikan Wali KotaWawali Salatiga sendiri berlangsung di bawah penjagaan ketat ratusan aparat.
Setidaknya diterjunkan 405 personel gabungan dari Polres Salatiga, TNI, Satpol PP, Kesbangpollinmas dan Dishubkombudpar. Bahkan puluhan personel Brigade Mobil (Brimob) Polda Jateng bersenjata lengkap juga disiagakan di kompleks Balai Kota. Juga dua kendaraan taktis turut dikerahkan dan diparkir di halaman Mapolres dan Balai Kota Salatiga.
Kapolres Salatiga AKBP Drs Kusdiantoro SH mengemukakan, Polri memang siap dalam mengamankan pelaksanaan pelantikan Wali Kota dan Wawali. Pihaknya juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung, sehingga tercipta suasana yang kondusif di Kota Salatiga. (H53,H32-14)
0 Comments
Tweets
Komentar

0 komentar :

Silahkan berkomentar. Jaga Etika dan Sopan Santun

Minggu, 03 Juli 2011

REUNI AKBAR HMI

0 Comments
Tweets
Komentar

0 komentar :

Silahkan berkomentar. Jaga Etika dan Sopan Santun

Jumat, 06 Mei 2011

HMI Desak Serangan Fajar Dihentikan

SIDOREJO - HMI menggelar unjuk rasa menyikapi pelaksanaan Pilwalkot Salatiga 2011 di kawasan bundaran Tamansari. Perhimpunan mahasiswa itu mendesak serangan fajar yang dilakukan pasangan calon wali kota maupun tim suksesnya supaya dihentikan. Sebab, Pilwalkot Salatiga dinilainya masih rawan politik uang bermodus serangan fajar. 

Ketua Umum HMI Cabang Salatiga Akhmad Ilman Nafi’a mengatakan, politik uang dalam pemilu di Indonesia telah membudaya.

Hal ini juga dinilai telah merusak adanya sebuah demokrasi. Sejauh ini, pihaknya telah mengendus tim pemburu suara yang akan bergerak di sejumlah wilayah di Salatiga. Mereka nantinya bakal memberikan amplop berisi uang dengan imbalan memilih pasangan calon tertentu.

Menurut dia, serangan fajar ini memiliki motif menggoyahkan pilihan masyarakat yang akan memberikan hak pilihnya. ”Hal ini bisa mempengaruhi hati nurani calon pemilih dalam menentukan sikapnya saat Pilwalkot. Hingga akhirnya, mereka memilih pasangan calon dengan pertimbangan nilai uang dalam amplop yang paling besar,” katanya.

Menolak

Apabila hal ini memang terjadi, pihaknya mengajak pemilih supaya menolak pemberian amplop tim pemburu suara tersebut. Jika memang tak bisa menolak, maka pemilih supaya tetap mengukuhkan hati untuk memilih pasangan calon sesuai hati nurani. Satu hal yang juga menjadi perhatian yaitu budaya golput (tak menggunakan hak pilih) dalam pemilu.

”Kami mengimbau kepada pemerintah beserta DPR supaya segera mengevaluasi undang-undang perpolitikan di Indonesia. Ini karena UU yang ada sekarang ini masih memicu kerawanan budaya politik uang dan golput,” tambahnya. Oleh sebab itu, pemilih diajak untuk bisa menjalankan demokrasi dengan baik. Memilih adalah hak, sedangkan menentukan pilihan yang baik merupakan kewajiban. (J17-14)
0 Comments
Tweets
Komentar

0 komentar :

Silahkan berkomentar. Jaga Etika dan Sopan Santun

Senin, 28 Februari 2011

Pelantikan HMI Cabang Salatiga Periode 2010-2011

SIDOMUKTI- Meski hanya dihadiri dua orang calon, tetapi pelaksanaan Ngobrol Bareng Kandidat Wali Kota dan Wakil Wali Kota, yang digelar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Salatiga, Sabtu (26/2) tetap berjalan gayeng, meriah dan diwarnai derai canda tawa.

Dua kandidat yang datang adalah H Bambang Soetopo SH, calon wali kota (Cawali) yang diusung koalisi Partai Keadilan dan Persatuan Indo­nesia (PKPI) dan Partai Peduli Rakyat Nasional (PPRN). Serta duet Yuliyanto SE MM-H Muham­mad Haris SS MSI (Yaris) yang diusung PIS-PKS-PPP dan Partai Demo­krat.

Dalam acara yang digelar di Graha Korpri Kota Salatiga itu, baik Bambang Soetopo atau Yaris, mengemukakan program-program mereka. Bam­bang Soetopo yang juga Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kota Salatiga itu mengusung program Gerakan Salatiga Sejahtera.
Menurutnya, gerakan tersebut telah mencakup semua aspek dan bidang kehidupan kota dan masyarakat Salatiga. Terutama memberdayakan roda perekonomian masyarakat kecil seperti pasar tradisional. Juga peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan.

 “Gerakan Salatiga Sejahtera memang bertujuan untuk memeberdayakan ma­syarakat dan meningkatkan kesejahteraan,” tandas Soetopo.

Banyak Konsep

Sedangkan Yaris, juga tidak mau kalah dalam mempromosi­kan visi misi mereka. Yuliyanto mengemukakan, bila Yaris akan mentaati segala ketentuan dan aturan jika dipercaya me­mimpin Salatiga.

Sebagai orang asli Salatiga, dirinya memiliki banyak konsep dan program untuk membuat Salatiga menjadi lebih baik dan sejahtera. Haris menambahkan, agenda reformasi di segala bidang yang lama diperjuangkan harus terealisasi di tataran Kota Salatiga demi terwujudnya kesejahteraan untuk masyarakat Salatiga.
Berbagai elemen masyarakat hadir dalam kegiatan yang dimoderatori Drs Hammam MPd dari STAIN Salatiga de­ng­an Jefferson Kameo SH LLM dari UKSW selaku panelis.

Ketua HMI Cabang Sa­la­tiga Ilman Ahmad Nafi’a mengaku sangat kecewa dengan tidak hadirnya dua calon yang lain, yakni Ir Hj Diah Sunarsasi-Milhous Teddy Sulistio SE (Dihati) dan H Bambang Supriyanto SH MM-Ir Hj Adriana Susi Yudhawati MPd (Basis).

“Bagaimana pun, ini merupakan ajang untuk menyosialisasikan visi dan misi mereka, tidak hanya kepada kami melainkan kepada semua ma­sya­rakat Salatiga,’’tegas Ilman Ahmad Nafi’a usai kegiatan  (Suara Merdeka, H53,J17-14)
0 Comments
Tweets
Komentar

0 komentar :

Silahkan berkomentar. Jaga Etika dan Sopan Santun

Jumat, 14 Januari 2011

KETUA UMUM HMI CABANG SALATIGA PERIODE 2010-2011

Akan Tetap Kritis

BELUM lama ini, Akhmad Ilman Nafi’a terpilih menjadi Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Salatiga periode 2010-2011 menggantikan Wahyu Budi Utomo. Dia terpilih menjadi ketua umum pada Konferensi Cabang (Konfercab) ke-19, HMI Cabang Salatiga yang berlangsung di Gedung Yayasan Dharma Insan Cita, Jalan Merdeka Selatan 03 Soka, Kelurahan Blotongan, Kecamatan Sidorejo.

“HMI Cabang Salatiga akan tetap kritis dalam pengawalan, pengungkapan dan penyelesaian kasus korupsi yang ada di Salatiga, seperti yang selama ini dilakukan ketua dan pengurus yang lama,” kata Ilman, demikian pria kelahiran 9 Desember 1985 itu akrab dipanggil.

Ilman yang menjadi kader HMI sejak tahun 2006 itu mengemukakan, saat ini masih ada beberapa kasus dugaan korupsi yang belum diungkap atau belum dituntaskan oleh aparat penegak hukum di Salatiga.

Pengawas Independen

Padahal penyelesaiannya sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat Salatiga, mengingat besarnya kerugian negara yang ditimbulkan. Selain itu, pihaknya juga akan berencana turut menjadi pengawas independen dalam pelaksanaan Pilwalkot 2011.

Kelahiran Desa Kesongo, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang itu mengungkapkan, HMI juga akan berupaya terus memperbaiki dan meningkatkan pola pengkaderan. Diharapkan hal itu akan mencetak kader HMI yang lebih bermutu, baik secara kualitas atau kuantitas.

Alumni Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) STAIN Salatiga itu menandaskan, pihaknya juga memiliki program pemberantasan buta aksara, khususnya bagi anak-anak.
Di luar kegiatannya berorganisasi, Ilman telah beberapa lama berkecimpung di dunia pendidikan. Bahkan saat ini dia juga menjabat sebagai Kepala SD Ar Rahmah, sebuah sekolah swasta yang ada di wilayah Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang.  (Basuni H-14)
0 Comments
Tweets
Komentar

0 komentar :

Silahkan berkomentar. Jaga Etika dan Sopan Santun

Jumat, 07 Januari 2011

DESAK PEMBERANTASAN KORUPSI DI SALATIGA

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Salatiga mendesak aparat penegak hukum segera menuntaskan kasus dugaan korupsi pengadaan gedung laboratorium bahasa SMAN 1 Salatiga.
Sejak dilaporkan tahun 2006 silam, menurut mereka, hingga kini aparat belum menetapka tersangka dalam proyek senilai Rp 1,3 miliar. Desakan itu disampaikan HMI melalui aksi unjuk rasa yang diikuti 20-an anggotanya, Kamis (27/1)


.
Selain itu, HMI juga menuntut Kejari segera menyatakan P21 (lengkap)  berkas perkara tiga tersangka kasus dugaan korupsi buku ajar senilai Rp 17,6 miliar yakni Sri Wityowati, Mardiono dan Sartono, seperti halnya berkas kasus yang sama dengan  terdakwa Sutejo. “Lambannya pengusutan kasus-kasus korupsi secara nasional belakangan juga menular ke Salatiga,” papar Ketua HMI Cabang Salatiga, Akhmad Ilman Nafi'a 

HMI pun menyoroti dugaan korupsi pembelian tanah fiktif SDN Kutowinangun yang mengakibatkan kerugian negara sekitar Rp 1,3 miliar. HMI menuntut penyidik meningkatkan status perkara tersebut menjadi penyidikan. Unjuk rasa dimulai dari kampus STAIN Salatiga dilanjutkan dengan long march ke Bundaran Tamansari dan berakhir di Gedung DPRD. Beberapa anggota DPRD menemui pendemo
0 Comments
Tweets
Komentar

0 komentar :

Silahkan berkomentar. Jaga Etika dan Sopan Santun

Sabtu, 01 Januari 2011

Sekretariat

Bangunan Sekretariat HMI Cabang Salatiga.
Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Salatiga beralamat di Jl. Merdeka Selatan No.03 Soka Salatiga 50721. Ditempuh dari dua arah yaitu dari Solo dan Semarang. Tepatnya di belakang POM Bensin Soka.
0 Comments
Tweets
Komentar

0 komentar :

Silahkan berkomentar. Jaga Etika dan Sopan Santun

Blogger Template by Clairvo